Minas,
10 Agustus 2015
Semua yang
berawal dari perkenalan yang tidak disengaja. Berawal dari sebuah group
Organisasi yang menyatukan kita dalam satu wadah komunikasi Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Se-Indonesia. Itu pertama kali kita
berkenalan via BBM. Berharap suatu saat kita dapat bertemu secara langsung.
Do’a
kita pun diijabah, dan kita bertemu di Ibukota di saat kita menjalani tugas
menjadi Mahasiswa tingkat akhir di Rumah Sakit yang tak kalah nge-trend nya
yang berada di Jakarta Pusat. Kita sama-sama di jurusan perkuliahan yang sama.
Walau kita di tempatkan pada rumah sakit yang berbeda. Namun kita tetap menjaga
komunikasi.
Kini,
sudah satu setengah tahun kita tidak berjumpa. Rasa rindu dari Bumi Minyak ini
teruntuk yang terkasih disana. Yang sedang menjalankan tugas pengabdian untuk
Negeri tercinta yang harus berpisah dan rela meninggalkan kehidupanmu selama
ini, kehidupan di Kota Metropolitan itu, keluarga, teman-teman,dan segala
fasilitas yang kamu miliki untuk selama dua tahun yang datang.
Ingatkah
kamu, waktu pertama kita berjumpa di TMII? Kita janjian untuk bertemu disana
karena rencana aku menemani kamu untuk turun memberikan penyuluhan ke salah
satu posyandu di desa kawasan Bekasi batal dikarenakan tidak bisa keluar dari
peradaban dengan derasnya hujan yang membasahi Ibukota saat itu dan juga
menimbulkan banjir dimana-mana. Disaat kamu melihat ku sudah berada di hadapanmu
saat itu, kamu langsung memelukku erat. Benar-benar begitu hangat, aku merasa
mempunyai seorang kakak. Lalu kita berjalan-jalan. Karena kita lagi isengnya,
kita berfoto di Rumah Adat “Rumah Gadang”, Sumatera Barat. Sehubungan akan
dilaksanakannya satu minggu lagi Sarasehan
Nasional di bumi Minang itu. Lalu, kita bercerita seolah-olah kita sudah dahulu
datang lebih awal dari delegasi lainnya dari seluruh Nusantara.
Kamu
mengajarkanku tentang hal yang tak ku mengerti. Segala sesuatu yang sedikit
menjanggal. Kamu tak mikir-mikir ingin bertukar pikiran dan berbagi ilmu. Kita
terjebak dalam hujan. Kita berjalan bersama dalam kemerlapan malam dan hujan
seolah memberi pesan bahwa inilah kebersamaan, inilah persahabatan. Sehingga
malam itu, kita sama-sama terjebak, terjebak hujan dan terjebak “tak tahu arah
jalan pulang”. Untung saja ketika itu kita bertemu dengan orang baik yang
mengantarkan kita ke depan pintu gerbang masuk. Subhanallah, kita masih
selamat.
Semua
kata rindumu semakin membuatku tak kuasa. Aaa… kamu Debby, selalu saja membuat
ku tak kuasa menahan tetesan air mata. Sesekali terucapkan kata yang kurang
logis, “Seandainya kakak mau pinjemin pesawat komersialnya, pasti aku bakal
kesana deh bawain rumah kamu, eh foto rumah kamu jadilah, hehe…”. Terkadang
“ketidakwarasan” dari kita sesama kita yang menjadi suatu keakraban diantara
kita. “Ketidakwarasan” yang menjadi julukan bagi para anti-mainstream.
“Anti-mainstream” yang awalnya dari teman-teman angkatan kamu di NS,
satu-persatu mereka berkenalan dan berteman denganku. Dengan senang hati
mengajak ku untuk ke tempat pengabdian mereka.
“Ayo, main-main ke Marore Island,
perbatasan dengan Philiphine. Lautnya begitu indah, loh.”
“Ayo, Neng, ke Nunukan. Nanti kita naik
gunung di perbatasan Malaysia dengan jarak ke sana itu 25 km.” Wow!! Amazing kan ya….
“Marabe, Ayo main-main ke Ndao. Disini bakalan
nguji adrenalin mengarungi Samudera Hindia.”
Yang membuat ku makin rindu dengan
ajakan kamu tentunya.
“Fikaaa…. Kamu kesini aja bareng aku di
Kimaam. Disini kan masih kurang satu orang Nakes Gizi menurut Per.Menkes. Aku
merasa sepi disini… L”
Disaat
kamu berkomunikasi dengan ku, baik itu sms maupun telefon. Selalu saja kamu
mengungkapkan rasa rindu, rasa bahagia, rasa termotivasi dengan adanya kita
yang selalu tetap solid. Hidup itu indah ketika kita menjalaninya bersama-sama,
saling berbagi, memberikan motivasi dan inspirasi serta bermanfaat bagi orang
lain. Maka dari itu, lakukanlah yang terbaik.
Sekarang
sudah jalan tiga bulan ya kamu di sana. Waktu tak akan terasa lama, jalani
saja. Ya, disini aku hanya bisa melihat foto kamu dan aku, mengingat kembali
cerita dan membaca cerita, pengalaman yang pernah ada, yang kita ukir bersama.
Tenanglah, aku akan selalu ada untukmu dan mensupport kamu yang jauh di Merauke
sana.
Suatu
hari, tidak seperti biasanya. Kamu datang menghubungi ku, awalnya senang
berbagi cerita. Tapi… diakhir perbincangan, kamu mengatakan “Aku sekarang
benar-benar rapuh. Aku butuh motivasi dari kamu. Aku tunggu ya…”.Selesai…..
Malam
itu, aku benar-benar tak habis pikir apa yang telah terjadi denganmu disana?
Ya, namanya juga hidup bersama orang-orang baru, pagi-siang-malam, pagi lagi,
siang lagi dan datang malam lagi, begitulah seterusnya akan bertemu, tinggal di
satu atap dengan orang-orang yang sama. Orang-orang yang memiliki cita-cita,
visi-misi yang sama dengan kamu. Perbedaan tidak akan membuat perpecahan.
Perbedaan justru akan menghasilkan suatu kreativitas kinerja yang baik. Harus
tanamkan jiwa integritas dalam diri masing-masing.
Dalam
perjalanan keesokan harinya, aku hanya melihat di sekelilingku, kiri-kanan
pohon-pohon sawit dan pipa-pipa panjang yang melintang di pingir-pinggir jalan.
Ya, ini tempatku, “Diatas Minyak Dibawah Minyak”. Lalu, sepintas dari dalam
pikiranku, dan tertuliskan ini untukmu…….
Alam ini begitu
indah…..
Mungkin kamu tak
seperti teman-teman yang lain
Dimana di tempat
pengabdian,
Mereka disuguhi dengan
bukit, air terjun,pantai
Yang alamnya begitu
indah dan memanjakan mata
Tapi, yakinlah kamu
pasti bakal nemui sesuatu yang lebih indah
Diatas “Bumi Kimaam”
itu…
Ada secercah cahaya,
Ada sebutir embun
Yang mengawali indahnya
pagi
Disaat Sang Mentari
memperlihatkan wujudnya
Ayo !! Temukan itu
disana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar