Kamis, 20 Agustus 2015

Far In Love


 
         Siapa yang tidak ingin ketemu jodoh? Semua orang pasti mau. Jodoh adalah orang yang mendampingi kita di dunia, bersama-sama menaungi bahtera kehidupan yang mereguk sanggasana kebahagiaan abadi di dunia hingga akhirat kelak. Kalau dipikir-pikir, jodoh sebenarnya refleksi diri kita. Kalau kita baik, jodoh kita juga pasti baik. Dan begitu juga sebaliknya, kalau kita jahat, jodoh kita juga pasti jahat.
            Tak ada yang bakal pernah tau siapa, dimana, kapan dan dalam moment apapun  akan bertemu dengannya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan pada akhirnya berlalu laksana air mengalir. Begitu cepat. Hingga pada selang waktu tertentu semua akan sirna. Jarak, tak akan pernah lekang oleh waktu. Segala kehangatan kebersamaan mewarnai setiap detik, titik pencerahan langkah menuju masa depan.
            Tak hanya menjadikan diri seseorang yang selalu fokus di bidang akademik. Akan tetapi juga di bidang organisasi yang kelak juga menjadi suatu pengalaman berharga bagi yang benar-benar merasakan asa dan jiwa aktivism dalam dirinya. Lantaran juga akan melatih berpikir kritis dan menjadi pribadi yang cerdas. Namun, tak ada yang bisa pungkiri jika di dalam pertemuan “meet up” organisasi sekalipun bisa memancing komunikasi baik dari awal sebuah perkenalan yang tak ubah ujungnya menjadi suatu ikatan keakraban yang semakin dekat dengan adanya sebuah kata “rasa”.
            Terkadang skenario Allah diluar jangkauan cara berpikir manusia sebagai hamba-Nya. Cara mempertemukan dengannya pun berbeda-beda. Sebuah kata yang terucap hanya basa-basi mengenai organisasi dan pada akhirnya menyatukan hati dua insan ini. Dimana pada awalnya, mereka ingin menguatkan hati hanya tertuju pada-Nya sembari memperbaiki diri dan “memantaskan diri”. Sama-sama belajar di salah satu Politeknik Kesehatan yang berbeda Provinsi, bukan hanya itu bahkan juga berbeda Pulau. Bagaimana mungkin mereka bisa menjalani seperti halnya memupuk rasa saling percaya? Itulah skenario Tuhan yang harus dilalui. Hingga pada akhirnya kelak menjadi sebuah keluarga yang utuh bahagia di dunia hingga akhirat kelak.
            Justru atas dasar rasa inilah yang membuat goyah hati mereka. Mereka sama-sama saling menjaga hati dan menundukkan pandangan untuk menjaga diri serta calon pendampingnya kelak. Menguatkan satu sama lain, menuntun ke jalan kebaikan. Dengan harapan semoga Allah meridhai dan selalu menjaga mereka. Ingin mencoba untuk melangkah pasti dan untuk masa depan.
            Suatu pagi, 04:37 am dia membangunkan ku, hingga pesan singkat kembali dikirimkan olehnya 05:01 am. Tak kunjung jua datang balasan dariku untuk Andra.
Hingga 06:58 am (A):
            “My dear, go wake up, please -,-“
07:08 am (I):
“Wa’alaikumsalam wr,wb,. Selamat pagi, Dear. Aku harus ke kampus buru-buru pagi ini. Selamat beraktifitas J
            Hingga pada akhirnya aku lupa dengan sakit maag yang diderita. Rasa sakit hari itu yang tak kunjung kambuh dan bisa membuatku bertahan tanpa sarapan di pagi hari itu. Berkali-kali Andra terus mengingatkan ku untuk sesegera mungkin makan dan untuk menunaikan ibadah shalat. Dia selalu menguatkanku ketika aku rapuh dan mulai down ketika Mama jatuh sakit. Mama yang memiliki penyakit degeneratif ini, mau tak mau harus berkutat dengan obat setiap harinya seumur hidup. Hingga beliau tak ingin dibawa untuk ke Rumah Sakit karena merasa sudah sering bolak-balik dan tak ada gunanya.
Friday, 03:26 pm (A):
“Nanti pukul 16:00 wib mau ada syuro (rapat) aktivis dakwah dengan ustadz ku, kamu segera istirahat J
Friday, 09:55 pm (A):
“Oiya, ada berita bagus buat kamu nih say, di RS DSS dibutuhkan ahli gizi akhwat (cewek), ntar tak bantuin. InsyaAllah..”
Friday, 10:02 pm (I):
            “Semoga kita selalu bersama ya. InsyaAllah. Terimakasih atas usaha kamu, say”.
Friday, 10:14 pm (A):
            “Bismillah...Semoga Allah juga selalu menjaga kita”.
            Dan ini untuk yang kedua kalinya dia memberikan kabar bagus untukku mengenai pekerjaan, setelah beberapa waktu lalu dia mengabarkan tentang penerimaan Nakes di salah satu rumah sakit Gresik, Jawa Timur. Diriku yang lebih sering aktif selain di kampus juga berbagai organisasi dan setelah menyelesaikan study ini yang membuatku hilang aktivitas yang super-duper sibuk itu. Yah, sebelum mendapatkannya disaat inilah aku harus merawat Mama dengan sebaik-baiknya.
Saturday, 05:53 am (A):
“Assalamu’alaikum wr,wb,. Morning dear, go wake up please and give me your smile J”.
Saturday, 06:26 am (I):
            “Wa’alaikumsalam wr,wb,. Ohayoogozaimatsu shite... J”.
Saturday, 07:39 am (A):
“Sayang, aku harap sayang jadi perempuan sholehah, natural, simple dan selalu memberi yang terbaik bagi semua”.
Saturday, 07:42 am (I):
            “InsyaAllah sayang. Aku akan selalu ingat pesan kamu. Allahumma Ya Aamiin..”
            Icha tak pernah tahu Ya Allah, skenario apalagi yang telah Engkau tuliskan. Yah, Allah itu Maha Mengetahui segalanya dan Maha Perencana, biarlah Allah yang selalu menggerakkan hati kita berdua. Untuk kali ini akan bertanya, serius dan sungguh serius. “Apa kamu beneran mau dengan ku? Aku bakal memberi komitmen sama kamu. Aku harap ini tidak akan mengekang kamu. Semoga itu awalan untuk menjadi lebih baik.” Aku berpikir keras untuk menjawab apa dari landasan pertanyaan ini. Komitmen yah komitmen. Dengan mengucapkan “Bismillahirrahmaanirrahiim, InsyaAllah aku yakin untuk jalani denganmu. Bagaimana dengan kamu?”. Sedikit lega untuk mengutarakannya. Andra pun menjawab, ”Alhamdulillah, kalau kamu yakin semoga kita saling memperbaiki juga ya say, InsyaAllah aku yakin sama kamu”.
            Semuanya terikrarkan dalam sanubari bahwasanya berkomitmen dalam menjalaninya. Tatkala, semua yang berlandasan demi mendapatkan ridha-Nya menjadi berpacu dalam melodi cinta. Sayang, aku tahu ketika aku tidak membalas pesan singkat darimu, kau merasa agak tidak sabar menanti jawaban dariku hingga pada akhirnya kau mengirimi ku pesan singkat berulang kali hingga terbawa ke alam mimpi akan kehadiran ku di dekatmu, disana ya disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar