Siapa yang tidak ingin ketemu jodoh?
Semua orang pasti mau. Jodoh adalah orang yang mendampingi kita di dunia,
bersama-sama menaungi bahtera kehidupan yang mereguk sanggasana kebahagiaan
abadi di dunia hingga akhirat kelak. Kalau dipikir-pikir, jodoh sebenarnya
refleksi diri kita. Kalau kita baik, jodoh kita juga pasti baik. Dan begitu
juga sebaliknya, kalau kita jahat, jodoh kita juga pasti jahat.
Tak ada yang bakal pernah tau siapa,
dimana, kapan dan dalam moment apapun
akan bertemu dengannya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan pada
akhirnya berlalu laksana air mengalir. Begitu cepat. Hingga pada selang waktu
tertentu semua akan sirna. Jarak, tak akan pernah lekang oleh waktu. Segala
kehangatan kebersamaan mewarnai setiap detik, titik pencerahan langkah menuju
masa depan.
Tak hanya menjadikan diri seseorang
yang selalu fokus di bidang akademik. Akan tetapi juga di bidang organisasi
yang kelak juga menjadi suatu pengalaman berharga bagi yang benar-benar
merasakan asa dan jiwa aktivism dalam dirinya. Lantaran juga akan melatih
berpikir kritis dan menjadi pribadi yang cerdas. Namun, tak ada yang bisa
pungkiri jika di dalam pertemuan “meet up” organisasi sekalipun bisa memancing
komunikasi baik dari awal sebuah perkenalan yang tak ubah ujungnya menjadi
suatu ikatan keakraban yang semakin dekat dengan adanya sebuah kata “rasa”.
Terkadang skenario Allah diluar
jangkauan cara berpikir manusia sebagai hamba-Nya. Cara mempertemukan dengannya
pun berbeda-beda. Sebuah kata yang terucap hanya basa-basi mengenai organisasi
dan pada akhirnya menyatukan hati dua insan ini. Dimana pada awalnya, mereka
ingin menguatkan hati hanya tertuju pada-Nya sembari memperbaiki diri dan
“memantaskan diri”. Sama-sama belajar di salah satu Politeknik Kesehatan yang berbeda
Provinsi, bukan hanya itu bahkan juga berbeda Pulau. Bagaimana mungkin mereka
bisa menjalani seperti halnya memupuk rasa saling percaya? Itulah skenario
Tuhan yang harus dilalui. Hingga pada akhirnya kelak menjadi sebuah keluarga
yang utuh bahagia di dunia hingga akhirat kelak.
Justru atas dasar rasa inilah yang
membuat goyah hati mereka. Mereka sama-sama saling menjaga hati dan menundukkan
pandangan untuk menjaga diri serta calon pendampingnya kelak. Menguatkan satu
sama lain, menuntun ke jalan kebaikan. Dengan harapan semoga Allah meridhai dan
selalu menjaga mereka. Ingin mencoba untuk melangkah pasti dan untuk masa
depan.
Suatu pagi, 04:37 am dia
membangunkan ku, hingga pesan singkat kembali dikirimkan olehnya 05:01 am. Tak
kunjung jua datang balasan dariku untuk Andra.
Hingga
06:58 am (A):
“My dear, go wake up, please -,-“
07:08
am (I):
“Wa’alaikumsalam
wr,wb,. Selamat pagi, Dear. Aku harus ke kampus buru-buru pagi ini. Selamat
beraktifitas J”
Hingga pada akhirnya aku lupa dengan
sakit maag yang diderita. Rasa sakit hari itu yang tak kunjung kambuh dan bisa
membuatku bertahan tanpa sarapan di pagi hari itu. Berkali-kali Andra terus
mengingatkan ku untuk sesegera mungkin makan dan untuk menunaikan ibadah
shalat. Dia selalu menguatkanku ketika aku rapuh dan mulai down ketika Mama jatuh sakit. Mama yang memiliki penyakit
degeneratif ini, mau tak mau harus berkutat dengan obat setiap harinya seumur
hidup. Hingga beliau tak ingin dibawa untuk ke Rumah Sakit karena merasa sudah
sering bolak-balik dan tak ada gunanya.
Friday,
03:26 pm (A):
“Nanti
pukul 16:00 wib mau ada syuro (rapat) aktivis dakwah dengan ustadz ku, kamu
segera istirahat J”
Friday,
09:55 pm (A):
“Oiya,
ada berita bagus buat kamu nih say, di RS DSS dibutuhkan ahli gizi akhwat
(cewek), ntar tak bantuin. InsyaAllah..”
Friday,
10:02 pm (I):
“Semoga kita selalu bersama ya.
InsyaAllah. Terimakasih atas usaha kamu, say”.
Friday,
10:14 pm (A):
“Bismillah...Semoga Allah juga
selalu menjaga kita”.
Dan ini untuk yang kedua kalinya dia
memberikan kabar bagus untukku mengenai pekerjaan, setelah beberapa waktu lalu
dia mengabarkan tentang penerimaan Nakes di salah satu rumah sakit Gresik, Jawa
Timur. Diriku yang lebih sering aktif selain di kampus juga berbagai organisasi
dan setelah menyelesaikan study ini yang membuatku hilang aktivitas yang
super-duper sibuk itu. Yah, sebelum mendapatkannya disaat inilah aku harus
merawat Mama dengan sebaik-baiknya.
Saturday,
05:53 am (A):
“Assalamu’alaikum
wr,wb,. Morning dear, go wake up please and give me your smile J”.
Saturday,
06:26 am (I):
“Wa’alaikumsalam wr,wb,.
Ohayoogozaimatsu shite... J”.
Saturday,
07:39 am (A):
“Sayang,
aku harap sayang jadi perempuan sholehah, natural, simple dan selalu memberi
yang terbaik bagi semua”.
Saturday,
07:42 am (I):
“InsyaAllah sayang. Aku akan selalu
ingat pesan kamu. Allahumma Ya Aamiin..”
Icha tak pernah tahu Ya Allah,
skenario apalagi yang telah Engkau tuliskan. Yah, Allah itu Maha Mengetahui
segalanya dan Maha Perencana, biarlah Allah yang selalu menggerakkan hati kita
berdua. Untuk kali ini akan bertanya, serius dan sungguh serius. “Apa kamu
beneran mau dengan ku? Aku bakal memberi komitmen sama kamu. Aku harap ini
tidak akan mengekang kamu. Semoga itu awalan untuk menjadi lebih baik.” Aku
berpikir keras untuk menjawab apa dari landasan pertanyaan ini. Komitmen yah
komitmen. Dengan mengucapkan “Bismillahirrahmaanirrahiim, InsyaAllah aku yakin
untuk jalani denganmu. Bagaimana dengan kamu?”. Sedikit lega untuk
mengutarakannya. Andra pun menjawab, ”Alhamdulillah, kalau kamu yakin semoga
kita saling memperbaiki juga ya say, InsyaAllah aku yakin sama kamu”.
Semuanya terikrarkan dalam sanubari
bahwasanya berkomitmen dalam menjalaninya. Tatkala, semua yang berlandasan demi
mendapatkan ridha-Nya menjadi berpacu dalam melodi cinta. Sayang, aku tahu
ketika aku tidak membalas pesan singkat darimu, kau merasa agak tidak sabar
menanti jawaban dariku hingga pada akhirnya kau mengirimi ku pesan singkat
berulang kali hingga terbawa ke alam mimpi akan kehadiran ku di dekatmu, disana
ya disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar