Jumat, 21 Agustus 2015

Salam Perbatasan!!

Halow..salam perbatasan.."" katanya JKN nanggung semua pembiayaan pengobatan Gakin.sip..mantap..tapi apakh semua gakin mendapat kartu BPJS Non PBI..memang ada pendataan..pendaftaran..tapi tindak lanjutmana..woi..
Kasus kecil: ibu X..tinggal di desa sangat sulit..nyebrang laut pake ketinting..untuk berobat dan suntik kb..2 jam perjalanan..dari Desa Erana.menuju PKM.
Sampe di PKM ke loket..pendaftaran disana..karna tidak punya JKM..atau BPJs Non PBI..harus bayar loket 5000..masyk pasien Umum..Suntik KB 15.000.eh ternyata ada luka busuk di paha si ibu..jadi harus ke ruang tindakan untuk urus luka.di Rng tindakan bayar lagi 5.000 untuk bersih luka .total pengeluaran : 25.000.
Biaya transportasi 100.000 PP..total 125.000.
Prihatin kah kita..tinggu laut tenang baru bisa jual ikan..n musim asam baru bisa dapat uang...dimana pemerataan meyarakat miskin oleh pemerintah..di bidang kesehatan..
Kenyataannya JKN memberikan upah berupa Kapitasi bagi nakes yg menjalankan fungsi pelayanan...semakin besar jumlah penduduk pengguna JKN..Non PBI..semakin besar kapitasi...
Tapi apa kita selalu ego..banyak orang kerja demi uang..tanpa berlandaskan Hati Nurani..dimana keadilan itu...
Dengar suara kami..suara perbatasan yang "Haus"akan kesejahteraan..



 Goresan Kecil by: bg @novan kaka

Kamis, 20 Agustus 2015



Kita pasti memiliki teman. Teman ada yang dinamakan hanya sebatas teman biasa ada juga teman yang akrab yang sering kita sebut sahabat. Banyak sekali yang menyatakan bahwa dirinya adalah teman sejati. Sejatinya sahabat bisa dilihat dari kesetikawanan , ada disaat sedih maupun senang, yang selalu mendukung di jalan kebaikan dan hal-hal yang selalu bersifat positif. Lalu bagaimana juga dengan teman yang hanya berniat untuk dalam kesenangan semata dimana hanya ingin menopang kepopuleran jika berada disisi kita? Yang akan kelihatan lebih eksis di sekolah atau kampus, bahkan ada yang ingin sekali mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi untuk menunjukkan keeksisannya.
            Ketika kita berhimpun dengan orang-orang yang sepemikiran dengan kita, itu akan memudahkan jalan kita menuju kesuksesan. Dalam konteks bergaul dengan siapa pun itu baik dengan kalangan atas, menengah-bawah, mahasiswa-pelajar, akademisi-praktisi, politisi, bahkan masyarakat sekalipun tidak ada yang namanya memilih-milih, dan dalam berkata dan bergaul pun harus pada porsinya, karena dari ucapan dan perbuatan kita itulah kita akan menjadi “siapa” di mata mereka bahkan di mata dunia sekalipun.
            Kecerdasan pada diri seseorang tidak menjadi tolak ukur dalam kesuksesan, akan tetapi kesuksesan yang sesungguhnya berada pada diri seseorang yang memiliki attitude dan pribadi yang baik.
Selalu ada cerita dikala saat-saat kebersamaan yang dihadirkan dengan sejuta kasih sayang dan pesona yang begitu indah. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan pada akhirnya berlalu laksana air mengalir. Begitu cepat. Hingga pada selang waktu tertentu semua akan sirna. Jarak, tak akan pernah lekang oleh waktu. Segala kehangatan kebersamaan mewarnai setiap titik pencerahan langkah menuju masa depan. Sahabat, tidak akan pernah meninggalkan teman dalam keadaan apa pun itu. Bahkan sekali pun tidak akan pernah ingin melihat kesedihan di raut wajah sang sahabat. Cerita ini merupakan cerita fakta di kehidupan pertemanan, dimana disini menceritakan begitu banyak cerita dengan kehidupan kita saat ini. Saat-saat bersama sahabat, suasana baru, tempat baru, teman baru bahkan juga lingkungan baru yang memerlukan waktu untuk bisa beradabtasi. Ketidak cocokan itu hal yang biasa, keegoisan yang selalu mengalahkan segalanya. Hanya kesabaran yang bisa mencairkan dan menghangatkan suasana kembali. Tetaplah memberikan senyuman yang tulus.


#prolog

“Kerinduan di atas Bumi Minyak dan Bumi Kimaam”


 
Minas, 10 Agustus 2015
            Semua yang berawal dari perkenalan yang tidak disengaja. Berawal dari sebuah group Organisasi yang menyatukan kita dalam satu wadah komunikasi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Se-Indonesia. Itu pertama kali kita berkenalan via BBM. Berharap suatu saat kita dapat bertemu secara langsung.
            Do’a kita pun diijabah, dan kita bertemu di Ibukota di saat kita menjalani tugas menjadi Mahasiswa tingkat akhir di Rumah Sakit yang tak kalah nge-trend nya yang berada di Jakarta Pusat. Kita sama-sama di jurusan perkuliahan yang sama. Walau kita di tempatkan pada rumah sakit yang berbeda. Namun kita tetap menjaga komunikasi.
            Kini, sudah satu setengah tahun kita tidak berjumpa. Rasa rindu dari Bumi Minyak ini teruntuk yang terkasih disana. Yang sedang menjalankan tugas pengabdian untuk Negeri tercinta yang harus berpisah dan rela meninggalkan kehidupanmu selama ini, kehidupan di Kota Metropolitan itu, keluarga, teman-teman,dan segala fasilitas yang kamu miliki untuk selama dua tahun yang datang.
            Ingatkah kamu, waktu pertama kita berjumpa di TMII? Kita janjian untuk bertemu disana karena rencana aku menemani kamu untuk turun memberikan penyuluhan ke salah satu posyandu di desa kawasan Bekasi batal dikarenakan tidak bisa keluar dari peradaban dengan derasnya hujan yang membasahi Ibukota saat itu dan juga menimbulkan banjir dimana-mana. Disaat kamu melihat ku sudah berada di hadapanmu saat itu, kamu langsung memelukku erat. Benar-benar begitu hangat, aku merasa mempunyai seorang kakak. Lalu kita berjalan-jalan. Karena kita lagi isengnya, kita berfoto di Rumah Adat “Rumah Gadang”, Sumatera Barat. Sehubungan akan dilaksanakannya satu minggu lagi  Sarasehan Nasional di bumi Minang itu. Lalu, kita bercerita seolah-olah kita sudah dahulu datang lebih awal dari delegasi lainnya dari seluruh Nusantara.
            Kamu mengajarkanku tentang hal yang tak ku mengerti. Segala sesuatu yang sedikit menjanggal. Kamu tak mikir-mikir ingin bertukar pikiran dan berbagi ilmu. Kita terjebak dalam hujan. Kita berjalan bersama dalam kemerlapan malam dan hujan seolah memberi pesan bahwa inilah kebersamaan, inilah persahabatan. Sehingga malam itu, kita sama-sama terjebak, terjebak hujan dan terjebak “tak tahu arah jalan pulang”. Untung saja ketika itu kita bertemu dengan orang baik yang mengantarkan kita ke depan pintu gerbang masuk. Subhanallah, kita masih selamat.
            Semua kata rindumu semakin membuatku tak kuasa. Aaa… kamu Debby, selalu saja membuat ku tak kuasa menahan tetesan air mata. Sesekali terucapkan kata yang kurang logis, “Seandainya kakak mau pinjemin pesawat komersialnya, pasti aku bakal kesana deh bawain rumah kamu, eh foto rumah kamu jadilah, hehe…”. Terkadang “ketidakwarasan” dari kita sesama kita yang menjadi suatu keakraban diantara kita. “Ketidakwarasan” yang menjadi julukan bagi para anti-mainstream. “Anti-mainstream” yang awalnya dari teman-teman angkatan kamu di NS, satu-persatu mereka berkenalan dan berteman denganku. Dengan senang hati mengajak ku untuk ke tempat pengabdian mereka.
“Ayo, main-main ke Marore Island, perbatasan dengan Philiphine. Lautnya begitu indah, loh.”
“Ayo, Neng, ke Nunukan. Nanti kita naik gunung di perbatasan Malaysia dengan jarak ke sana itu 25 km.” Wow!! Amazing kan ya….
“Marabe, Ayo main-main ke Ndao. Disini bakalan nguji adrenalin mengarungi Samudera Hindia.”
Yang membuat ku makin rindu dengan ajakan kamu tentunya.
“Fikaaa…. Kamu kesini aja bareng aku di Kimaam. Disini kan masih kurang satu orang Nakes Gizi menurut Per.Menkes. Aku merasa sepi disini… L
            Disaat kamu berkomunikasi dengan ku, baik itu sms maupun telefon. Selalu saja kamu mengungkapkan rasa rindu, rasa bahagia, rasa termotivasi dengan adanya kita yang selalu tetap solid. Hidup itu indah ketika kita menjalaninya bersama-sama, saling berbagi, memberikan motivasi dan inspirasi serta bermanfaat bagi orang lain. Maka dari itu, lakukanlah yang terbaik.
            Sekarang sudah jalan tiga bulan ya kamu di sana. Waktu tak akan terasa lama, jalani saja. Ya, disini aku hanya bisa melihat foto kamu dan aku, mengingat kembali cerita dan membaca cerita, pengalaman yang pernah ada, yang kita ukir bersama. Tenanglah, aku akan selalu ada untukmu dan mensupport kamu yang jauh di Merauke sana.
            Suatu hari, tidak seperti biasanya. Kamu datang menghubungi ku, awalnya senang berbagi cerita. Tapi… diakhir perbincangan, kamu mengatakan “Aku sekarang benar-benar rapuh. Aku butuh motivasi dari kamu. Aku tunggu ya…”.Selesai…..
            Malam itu, aku benar-benar tak habis pikir apa yang telah terjadi denganmu disana? Ya, namanya juga hidup bersama orang-orang baru, pagi-siang-malam, pagi lagi, siang lagi dan datang malam lagi, begitulah seterusnya akan bertemu, tinggal di satu atap dengan orang-orang yang sama. Orang-orang yang memiliki cita-cita, visi-misi yang sama dengan kamu. Perbedaan tidak akan membuat perpecahan. Perbedaan justru akan menghasilkan suatu kreativitas kinerja yang baik. Harus tanamkan jiwa integritas dalam diri masing-masing.
            Dalam perjalanan keesokan harinya, aku hanya melihat di sekelilingku, kiri-kanan pohon-pohon sawit dan pipa-pipa panjang yang melintang di pingir-pinggir jalan. Ya, ini tempatku, “Diatas Minyak Dibawah Minyak”. Lalu, sepintas dari dalam pikiranku, dan tertuliskan ini untukmu…….

Alam ini begitu indah…..
Mungkin kamu tak seperti teman-teman yang lain
Dimana di tempat pengabdian,
Mereka disuguhi dengan bukit, air terjun,pantai
Yang alamnya begitu indah dan memanjakan mata
Tapi, yakinlah kamu pasti bakal nemui sesuatu yang lebih indah
Diatas “Bumi Kimaam” itu…
Ada secercah cahaya,
Ada sebutir embun
Yang mengawali indahnya pagi
Disaat Sang Mentari memperlihatkan wujudnya
Ayo !! Temukan itu disana

Tenanglah, Sahabat. Aku tidak akan membiarkanmu merasa “rapuh”. Tidak !! Tidak akan. Lihatlah, alam ini indah loh.. Tak seharusnya kau bersedih. I’ll always beside you, Dear… forever.

Far In Love


 
         Siapa yang tidak ingin ketemu jodoh? Semua orang pasti mau. Jodoh adalah orang yang mendampingi kita di dunia, bersama-sama menaungi bahtera kehidupan yang mereguk sanggasana kebahagiaan abadi di dunia hingga akhirat kelak. Kalau dipikir-pikir, jodoh sebenarnya refleksi diri kita. Kalau kita baik, jodoh kita juga pasti baik. Dan begitu juga sebaliknya, kalau kita jahat, jodoh kita juga pasti jahat.
            Tak ada yang bakal pernah tau siapa, dimana, kapan dan dalam moment apapun  akan bertemu dengannya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan pada akhirnya berlalu laksana air mengalir. Begitu cepat. Hingga pada selang waktu tertentu semua akan sirna. Jarak, tak akan pernah lekang oleh waktu. Segala kehangatan kebersamaan mewarnai setiap detik, titik pencerahan langkah menuju masa depan.
            Tak hanya menjadikan diri seseorang yang selalu fokus di bidang akademik. Akan tetapi juga di bidang organisasi yang kelak juga menjadi suatu pengalaman berharga bagi yang benar-benar merasakan asa dan jiwa aktivism dalam dirinya. Lantaran juga akan melatih berpikir kritis dan menjadi pribadi yang cerdas. Namun, tak ada yang bisa pungkiri jika di dalam pertemuan “meet up” organisasi sekalipun bisa memancing komunikasi baik dari awal sebuah perkenalan yang tak ubah ujungnya menjadi suatu ikatan keakraban yang semakin dekat dengan adanya sebuah kata “rasa”.
            Terkadang skenario Allah diluar jangkauan cara berpikir manusia sebagai hamba-Nya. Cara mempertemukan dengannya pun berbeda-beda. Sebuah kata yang terucap hanya basa-basi mengenai organisasi dan pada akhirnya menyatukan hati dua insan ini. Dimana pada awalnya, mereka ingin menguatkan hati hanya tertuju pada-Nya sembari memperbaiki diri dan “memantaskan diri”. Sama-sama belajar di salah satu Politeknik Kesehatan yang berbeda Provinsi, bukan hanya itu bahkan juga berbeda Pulau. Bagaimana mungkin mereka bisa menjalani seperti halnya memupuk rasa saling percaya? Itulah skenario Tuhan yang harus dilalui. Hingga pada akhirnya kelak menjadi sebuah keluarga yang utuh bahagia di dunia hingga akhirat kelak.
            Justru atas dasar rasa inilah yang membuat goyah hati mereka. Mereka sama-sama saling menjaga hati dan menundukkan pandangan untuk menjaga diri serta calon pendampingnya kelak. Menguatkan satu sama lain, menuntun ke jalan kebaikan. Dengan harapan semoga Allah meridhai dan selalu menjaga mereka. Ingin mencoba untuk melangkah pasti dan untuk masa depan.
            Suatu pagi, 04:37 am dia membangunkan ku, hingga pesan singkat kembali dikirimkan olehnya 05:01 am. Tak kunjung jua datang balasan dariku untuk Andra.
Hingga 06:58 am (A):
            “My dear, go wake up, please -,-“
07:08 am (I):
“Wa’alaikumsalam wr,wb,. Selamat pagi, Dear. Aku harus ke kampus buru-buru pagi ini. Selamat beraktifitas J
            Hingga pada akhirnya aku lupa dengan sakit maag yang diderita. Rasa sakit hari itu yang tak kunjung kambuh dan bisa membuatku bertahan tanpa sarapan di pagi hari itu. Berkali-kali Andra terus mengingatkan ku untuk sesegera mungkin makan dan untuk menunaikan ibadah shalat. Dia selalu menguatkanku ketika aku rapuh dan mulai down ketika Mama jatuh sakit. Mama yang memiliki penyakit degeneratif ini, mau tak mau harus berkutat dengan obat setiap harinya seumur hidup. Hingga beliau tak ingin dibawa untuk ke Rumah Sakit karena merasa sudah sering bolak-balik dan tak ada gunanya.
Friday, 03:26 pm (A):
“Nanti pukul 16:00 wib mau ada syuro (rapat) aktivis dakwah dengan ustadz ku, kamu segera istirahat J
Friday, 09:55 pm (A):
“Oiya, ada berita bagus buat kamu nih say, di RS DSS dibutuhkan ahli gizi akhwat (cewek), ntar tak bantuin. InsyaAllah..”
Friday, 10:02 pm (I):
            “Semoga kita selalu bersama ya. InsyaAllah. Terimakasih atas usaha kamu, say”.
Friday, 10:14 pm (A):
            “Bismillah...Semoga Allah juga selalu menjaga kita”.
            Dan ini untuk yang kedua kalinya dia memberikan kabar bagus untukku mengenai pekerjaan, setelah beberapa waktu lalu dia mengabarkan tentang penerimaan Nakes di salah satu rumah sakit Gresik, Jawa Timur. Diriku yang lebih sering aktif selain di kampus juga berbagai organisasi dan setelah menyelesaikan study ini yang membuatku hilang aktivitas yang super-duper sibuk itu. Yah, sebelum mendapatkannya disaat inilah aku harus merawat Mama dengan sebaik-baiknya.
Saturday, 05:53 am (A):
“Assalamu’alaikum wr,wb,. Morning dear, go wake up please and give me your smile J”.
Saturday, 06:26 am (I):
            “Wa’alaikumsalam wr,wb,. Ohayoogozaimatsu shite... J”.
Saturday, 07:39 am (A):
“Sayang, aku harap sayang jadi perempuan sholehah, natural, simple dan selalu memberi yang terbaik bagi semua”.
Saturday, 07:42 am (I):
            “InsyaAllah sayang. Aku akan selalu ingat pesan kamu. Allahumma Ya Aamiin..”
            Icha tak pernah tahu Ya Allah, skenario apalagi yang telah Engkau tuliskan. Yah, Allah itu Maha Mengetahui segalanya dan Maha Perencana, biarlah Allah yang selalu menggerakkan hati kita berdua. Untuk kali ini akan bertanya, serius dan sungguh serius. “Apa kamu beneran mau dengan ku? Aku bakal memberi komitmen sama kamu. Aku harap ini tidak akan mengekang kamu. Semoga itu awalan untuk menjadi lebih baik.” Aku berpikir keras untuk menjawab apa dari landasan pertanyaan ini. Komitmen yah komitmen. Dengan mengucapkan “Bismillahirrahmaanirrahiim, InsyaAllah aku yakin untuk jalani denganmu. Bagaimana dengan kamu?”. Sedikit lega untuk mengutarakannya. Andra pun menjawab, ”Alhamdulillah, kalau kamu yakin semoga kita saling memperbaiki juga ya say, InsyaAllah aku yakin sama kamu”.
            Semuanya terikrarkan dalam sanubari bahwasanya berkomitmen dalam menjalaninya. Tatkala, semua yang berlandasan demi mendapatkan ridha-Nya menjadi berpacu dalam melodi cinta. Sayang, aku tahu ketika aku tidak membalas pesan singkat darimu, kau merasa agak tidak sabar menanti jawaban dariku hingga pada akhirnya kau mengirimi ku pesan singkat berulang kali hingga terbawa ke alam mimpi akan kehadiran ku di dekatmu, disana ya disana.

Pemerintahan yang Bersih dan Politik Versi Nabi dengan Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Perspektif Dakwah


A.      PENDAHULUAN
            Pemerintah yang bersih akan menjamin efisiensi hasil penerimaan dengan pengeluaran negara, terhindar dari kebocoran. Pemerintah yang bersih akan jauh dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme antara Penguasa dengan segelintir Pengusaha. Untuk itu rakyat membutuh pemimpin yang peka dan membatasi bisnis keluarga/kerabat/kroninya agar tidak melampaui kepatutan. Pemerintahan oleh Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpihak kepada pengusaha bermodal yang juga rakyat kita dan berperan dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional, tetapi wawasan ekonomi kerakyatan Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya demokrasi ekonomi. Yakni diwujudkan dengan upaya kita bersama memperbesar akses permodalan, pemasaran dan emansipasi dalam bisnis bagi sebagian besar rakyat kita yang mayoritas berskala usaha mikro dan kecil. (Budiyono, 2008)
Dalam perspektif Aristoteles dan para filosof Yunani pada umumnya, politik dimaknai sebagai segala sesuatu yang sifatnya dapat merealisasikan kebaikan di tengah masyarakat. Imam Syafi’i memberi definisi bahwa politik adalah hal – hal yang bersesuaian dengan syara’. Pengertian ini dijelaskan oleh Ibnu Aqil bahwa politik adalah hal – hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih menjauhkan dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rasulullah saw atau dibawa oleh wahyu Allah Ta’ala.
Selanjutnya politik bisa dimaknai secara lebih luas sebagai kepedulian terhadap berbagai dinamika dan persoalan umat. Hasan Al Banna menyebutkan politik adalah “hal memikirkan persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat”. Yang dimaksud dengan internal adalah “mengurus persoalan pemerintahan, menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan dan dikritasi jika mereka melakukan kekeliruan.
Dalam Islam integrasi politik ke dalam agama terlihat jelas dalam ekspresi keagamaan dan politik pada masa Nabi Muhammad, dan selanjutnya dalam banyak hal dilanjutkan dan diikuti oleh al-Khulafa al –Rasyidin, empat khalifah sesudah Rasul Allah. Hal yang sama juga terjadi pada kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah serta beberapa kerajaan-kerajaan Islam sesudahnya. Meskipun begitu, praktek polotik dan pemerintahan setelah khalifah empat ini berakhir, sulit lagi untuk diklaim secara absah seiring dengan konspesi politik dan kekuasaan yang dipraktek oleh Nabi Muhammad.
Dakwah pada hakekatnya adalah mengajak dalam hal yang baik pada diri sendiri ataupun kepada orang lain. Dalam hal untuk berbuat baik harusnya sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbutan tercela (yang dilarang oleh Allah SWT) dan Rasul-Nya. Dakwah ini bisa diidentifikasikan sebagai amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam menyampaikan dakwah akan selalu terkait dengan amal ma’ruf nahi munkar, seorang da’i pun dalam menyampaikan dakwah akan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits itu terkandung pedoman dan tuntunan tentang bagaimana cara - cara  dan teknik untuk berdakwah, seperti firman Allah SWT, dalam QS An- Nahl : 125, yaitu:




Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan – Mu dengan hikmah dan   pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Nahi munkar artinya melarang kepada perbuatan yang munkar (Syukir, 1983: 11). Menurut Shihab (2001: 162), kata munkar dipahami banyak ulama sebagai segala sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan agama, akal, dan adat-istiadat. Penekanan kata munkar lebih banyak pada adat-istiadat. Demikian juga kata ma’ruf yang dipahami dalam arti adat istiadat yang sejalan dengan tuntunan agama.
Amar ma’ruf nahi munkar, digunakan syariat Islam untuk pengertian memerintahkan ataupun mengajak diri serta orang lain untuk melakukan hal-hal yang benar-benar dipandang baik oleh agama, juga untuk melarang dan mencegah serta menghindari diri dan orang lain dari hal-hal yang telah dilarang atau di pandang buruk oleh agama. Ulama fiqih telah sepakat bahwa amal ma’ruf nahi munkar adalah prinsip yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Jadi Islam menginginkan setiap orang yang memeluk agama Islam dapat melakukan apa yang baik dan menghindari apa saja yang dilarang oleh agama.

B.       Menghentikan Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Pendekatan yang dilakukan dalam mewujudkan pemerintah yang bersih ialah memberantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Istilah ini mulai santer digunakan pada masa dan pascareformasi 1998. Ada semacam kesadaran kolektif bahwa krisis yang memicu runtuhnya pemerintahan di masa lalu tidak lain karena merebaknya praktik KKN. Perilaku korup seperti suap, pemerasan, jual-beli berdasarkan preferensi, kolusi, nepotisme, penipuan, uang pelicin, uang panas, upeti, dsb., merupakan gejala umum yang menghinggapi birokrasi dan politik kita. Dalam praktik tersebut, para pejabat mendapatkan keuntungan materil dari pihak lain sebagai imbalan atau kompensasi karena tindakannya melakukan atau membatalkan tindakan tertentu yang diminta. (Ginting, 2010)
Tentu saja praktek semacam ini sangat merugikan rakyat karena akses mereka pada pemerataan menjadi terganjal, sumber-sumber daya yang dihimpun dari kekayaan alam yang seharusnya dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat masuk ke kantong-kantong para elit-elit politik yang melakukan korup, dan akibatnya pun kepercayaan rakyat terhadap integritas negara, lembaga-lembaga, dan pejabat-pejabatnya menjadi menurun drastis. Dengan kata lain, praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme  telah merusak seluruh tatanan kehidupan bernegara. Bukankah ini sangat miris?
Melihat langkah-langkah pemerintah SBY yang sangat serius untuk memberantas KKN kita memang patut optimis. Hanya saja perlu diingat bahwa langkah semacam itu tidak mudah karena itu perlu dukungan semua pihak. Pasalnya, persoalan KKN telah menjadi masalah kultural. (Budiyono, 2008)
Pendekatan hukum sangat diperlukan untuk memberi shock therapy bagi para calon koruptor, dan sanksi yang pantas bagi pelaku. Pendekatan politik dan budaya akan mempertimbangkan aspek yang lebih luas, seperti masalah kesenjangan, ketimpangan sosial, eksploitasi ekonomi, dan juga budaya korupsi itu sendiri. Bahkan yang terakhir ini ditengarai paling sulit karena telah berurat-akar. Itulah sebabnya tidak mudah untuk memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam waktu semalam, seperti yang diinginkan oleh mereka yang tidak sabar. (Ginting, 2010)
Satu hal lagi, kalau kita mau jujur, di era otonomi daerah seperti sekarang ini upaya pemberantasan korupsi justru menghadapi kendala yang luar biasa besar. Penyimpangan kekuasaan yang selalu diikuti oleh praktik KKN terdapat di semua daerah. Kontrol pemerintah pusat terhadap daerah-daerah kian berkurang, bahkan lambat laut telah hilang. Padahal, daerah sendiri melalui perangkat pengawasannya tampak tidak siap mengambil peran tersebut. Gejala korupsi yang di masa lalu bisa dikatakan “terpusat” kini tersebar dan semakin merajalela. Karena itu keberanian Presiden SBY untuk memberantas KKN benar-benar sebuah jihat.
Sejauh mana jihad itu akan berhasil? Mungkin belum saatnya mengajukan pertanyaan semacam itu. Yang diperlukan saat ini ialah bahwa tekad itu harus menjadi kesadaran nasional. Rakyat sudah memahami dan merasakan betapa luasnya skala kerugian yang diderita akibat praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan penyalahgunaan uang Negara dan kekuasaan. Karena itu, sinyal yang kuat dari Presiden Soesilo Bambang Yudoyono untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus disambut dengan bersama-sama menyingsingkan lengan baju. Pekerjaan ini bukan hanya tanggung jawab seorang presiden. Kita semua harus ikut memikulnya agar tugas berat ini menjadi ringan.

C.      Prinsip-Prinsip Kepemimpinan
Sebuah cerita inspiratif yang berasal dari seorang politisi lokal yang terkena polio sehingga menjadi lumpuh, akhirnya FDR atau Franklin Delano Roosevelt menjadi presiden AS, memimpin bangsa Amerika melewati masa Great Depression. Tetapi perjuangan ke arah kepresidenan sungguh tidak mudah dan tidak direncanakan. Dalam penderitaan kelumpuhannya, tanpa disengaja FDR mengubah kelemahannya menjadi kekuatan penemuan, sehingga dapat menolong dirinya dan orang lain, di Warm Spring, Georgia, AS. (Santos, 2009)
Beliau adalah seorang sosok pemimpin yang sejati. Bukan hanya pernah memimpin Amerika empat kali secara berturut-turut, tapi karena ia mampu memberi inspirasi dengan kebaikan, keberanian dan sekaligus penderitaannya. Ia juga dikenal taat beragama. Bahkan ditengarai sikap-sikap kepemimpinannya diletakkan secara sadar pada ajaran agama yang dianutnya yaitu Protestan. Namun ia seorang religius yang terbuka.
Pada Tahun 1941, ia mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatak pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari kemelaratan (freedom from want) dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).
Tidak banyak pemimpin seperti dia, tapi bukan berarti kita tidak punya. Sejarah Nusantara kita yang panjang telah banyak memberi referensi tentang bagaimana seharusnya menjadi pemimpin. Jatuh bangunnya kerajaan-kerajaan besar di Nusantara lagi-lagi menjadi pelajaran berharga bagaimana integritas seorang pemimpin akan menentukan soliditis rakyat dan kohesi kebangsaan.
Konsep-konsep kepemimpinan yang diajarkan agama-agama bersifat universal, dalam arti memiliki kesamaan spirit satu sama lain. Perbedaannya mungkin terletak pada penekanan, bukan menafikan yang lain. Hal ini wajar belaka karena setiap agama tentunya memiliki aksentuasi. Misalnya ajaran Islam lebih kuat penekanannya pada dimensi keadilan, sementara ajaran Kristiani pada kasih-sayang. Bukan berarti dalam Islam menolak ajaran kasih-sayang, atau Kristiani tidak memperhatikan keadilan.
Sebagai anak yang lahir dari keturunan orangtua Hindu-Bali Bung Karno sangat potensial menerima gen seorang yang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Kecerdasan Bung Karno dalam menggali Pancasila dan mentransformasikan ajaran Bineka Tunggal Ika ke dalam kehidupan politik Indonesia modern merupakan pencapaian yang besar. Akan tetapi, Bung Karno juga seorang muslim yang taat. Beliau tidak pernah meningglkan shalat lima waktu. Bahkan, Bung Karno mencoba dan berusaha meneladani sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad. Ia memiliki integritas dan jujur (shiddiq), memiliki intelektualitas yang tinggi dan cerdas (fathonah), memiliki legitimasi dan akuntabel, dapat dipercaya (amanah), dan berani mengatakan kebenaran (tabligh). (Santos, 2009)
Para pemimpin, mereka semua memperoleh mandat atau legitimasi yang besar dari rakyatnya. Tantangan yang dihadapi setiap pemimpin berbeda karena zamannya memang berbeda. Katena itu tidak pada tempatnya untuk membandingkan satu dengan yang lain secara head to head. Tugas pemimpin ialah melaksanakan mandat rakyatnya karena suara rakyat yang dipercayakan kepadanya adalah suara Tuhan (vox populi vox dei). Dan tugas rakyat ialah taat dan loyal kepada pemimpinnya.
Para pemimpin yang lahir di alam Indonesia ini memiliki pretensi mendunia atau menyampaikan sesuatu pada dunia. Memimpin dunia tidak dalam arti harus menguasai, melainkan to lead untuk sampai pada kesadaran baru yang diperlukan zamannya. Dan Soesilo Bambang Yudhoyono ada di depan dalam soal itu.
Segala sesuatu pasti memerlukan proses. Kita tidak bisa menyulap keinginan untuk menciptakan good governance hanya dalam waktu semalam. Disana-sini tentu masih ada kekurangan. Tapi kita tidak boleh berhenti. Dan yang lebih penting, kita harus tetap berpijak pada kemampuan kita sendiri. Boleh saja sebagian orang berteriak keras bahwa reformasi berjalan lambat, karena membandingkannya dengan apa yang telah berlangsung di negara-negara maju. Tapi mereka lupa bahwa negara-negara maju pun tidak melakukannya semalam. Ada pergulatan yang panjang, ada pengorbanan, ada trial and error, sebelum sampai pada kondisi seperti sekarang. (Dwiyanto, 2006)
Hal lain yang tidak boleh kita lupakan ialah sinergi antara birokrasi dengan masyarakat dalam mewujudkan good governance. Sudah pasti reformasi birokrasi tidak akan berjalan kalau para aparat birokrasinya sendiri tidak bermental reformis. Tetapi itu saja belum cukup. Masyarakat juga harus memiliki mentalitas yang sama. Salah satu kegagalan upaya mewujudkan good governance di masa lalu ialah sikap masyarakat sendiri yang kurang mendukung. (Dwiyanto, 2006)

D.      Politik Islam dan Politik Versi Nabi
            Persoalan politik dengan segala dinamikanya, tentunya senantiasa berlanjut seiring dan inhairen dalam perjalanan sejarah politik ummat Islam. Sehingga, menurut Nurcholish Majdid (1990), memperbincangkan masalah ummat Islam acap kali merambah, secara tak terhindarkan, ke masalah politik dalam Islam.
            Jika masalah politik selalu muncul dalam berbagai pembahasan tentang Islam, hal itu wajar sekali, dan seharusnya tidak perlu menimbulkan keheranan. Dalam kaitannya dengan masalah politik ini, kaum muslimin bisa mengatakan bahwa agama Islam berbeda dengan agama yang lain.
            Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw, tidak sebatas urusan agama semata, akan tetapi beliau juga memimpin sebuah negara yang mempunyai wilayah kekuasaan, rakyat, dan sistem ketatanegaraan. Dalam praktek kenegaraan yang dijabarkan oleh Nabi adalah membangun negara Madinah dan pemerintahannya, dan dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin Ahmadiyyin (Pemimpin yang cerdas dan mendapat petunjuk). Sejatinya Islam adalah agama yang sempurna termasuk sistem politik dan ketatanegaraan, maka tidak perlu bagi umat Islam mengimport sistem politik Barat yang sangat kental dengan sekularismenya.

E.       Tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar
            Secara sosiologis, keduanya, yakni al-ma’ruf  dan al-munkar  menunjuk pada kenyataan bahwa kebaikan dan keburukan itu terdapat dalam masyarakat. Umat Islam dituntut untuk mengenali kebaikan dan keburukan yang ada dalam masyarakat, kemudian mendorong, memupuk, dan memberanikan diri kepada     tindakan – tindakan kebaikan, dan pada waktu yang sama ia mampu mencegah, mencegah, menghalangi, dan menghambat tindakan – tindakan keburukan.
            Menyerukan manusia kepada kebajikan, menyuruh ma’ruf dan mencegah munkar ialah mengajak manusia kepada agama Allah dengan berbagai upaya yang menarik, menganjurkan, mengajak dan menyuruh para manusia berbuat ma’ruf  dan melarang orang berbuat munkar serta menghilangkan kemunkaran , dengan jalan – jalan yang benarkan syara. Ma’ruf  ialah setiap pekerjaan (urusan) yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Masuk ke dalamnya segala yang wajib, yang mandub. Ma’ruf  itu diartikan juga kesadaran, keakraban persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain – lain. Munkar ialah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan syara’-Nya, setiap pekerjaan yang dipandang oleh syara’. Masuk ke dalamnya segala yang haram dan segala yang makruh. Adapun mubah, ialah yang tidak ma’ruf dan tidak pula dipandang munkar. Menyerukan manusia kepada agama Allah, disebut dakwah. Adapun pekerjaan menyuruh ma’ruf  dan mencegah munkar dinamai hisbah. Yang melakukan hisbah dinamai muhtasib.(Hasbi, 2001: 347-348).
            Amar ma’ruf nahi munkar merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam kitab – kitabnya yang disampaikan oleh rasul – rasulnya, dan merupakan bagian dari syari’at Islam. Risalah Allah, ada yang berupa berita (akhbar) dan ada juga berupa tuntunan (insya). Akhbar disini menyangkut zatnya, makhluknya, seperti tauhidullah dan kisah – kisah yang mengandung janji baik dan buruk (wa’ad dan wa’id). Adapun isinya adalah perintah (amar), larangan (nahi) dan pembolehan (ibadah). (Taimiyyah, 1990 : 15).
            Adapun pengertian “nahi munkar”  adalah mengharamkan segala bentuk kekejian, sedang “amar ma’ruf” berarti memerintahkan semua yang baik yang diperintahkan Allah. Perintah melakukan semua yang baik dan melarang semua yang keji akan terlaksana secara sempurna karena diutusnya Rasulullah Saw oleh Allah Swt, untuk menyempurnakan akhlak mulia bagi umatnya.
            Tentu saja jelas Allah telah menyempurnakan agama ini untuk kita, telah melengkapi nikmat kepada kita, dan Allah telah meridhoi Islam sebagai satu  satuannya agama  bagi umat manusia. Oleh karena umat Nabi Muhammada saw merupakan umaat yang terbaik, sebagaimana firman Allah swt.




“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran : 110).

            Dengan jelas Allah menegaskan bahwa umat ini adalah sebaik-baiknya umat yang senantiasa berbuat ihsan sehingga keberadaannya sangat besar manfaatnya bagi segenap umat manusia. Dengan amar ma’ruf nahi munkar itu mereka menyempurnakan seluruh kebaikan dan kemanfaatan bagi umat manusia. Sedangkan bagian umat yang lain tidak ada yang memerintahkan untuk melaksanakan semua yang ma’ruf bagi kemaslahatan seluruh lapisan manusia, dan tidak pula melarang semua orang dari melakukan berbuat kemunkaran. Mereka tidak berjihad untuk itu. Bahkan sekalipun di antara mereka ada yang sama sekali tidak pernah berjihad, seperti Bani Israil, mereka lebih banyak melakukan penganiayaan dan pengusiran serta pembunuhan terhadap musuh – musuh mereka. Semua ini mereka melakukannya salam rangka mengarahkan mereka (musuh) kepada hidayah dan kebaikan atau menyeru mereka menjelaskan yang ma’ruf nahi munkar. (Taimiyyah, 1990 : 15-18).
            Jelaslah sudah, bahwa pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar adalah wajib hukumnya, dan bahwa kewajiban itu tidak akan gugur sepanjang ada kemampuan untuk melaksanakannya. Kecuali apabila telah ada orang – orang lain yang melaksanakannya secara cukup.
            Kita ketahui bahwa Al-Qur’an dan sunnah melalui dakwahnya mengamanahkan nilai – nilai. Nilai – nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal dan abadi, serta ada juga bersifat praktis, lokal, dan temporal sehingga dapat berbeda antara satu tempat atau waktu dan tempat atau waktu yang lain. Perbedaan, perubahan, dan perkembangan nilai itu dapat ditrima oleh Islam selama tidak bertentangan dengan nilai – nilai universal.

F.       Tentang Dakwah
            Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk  ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang islami (Hafidhudin, 2000 : 77). Dakwah setiap usaha rekontruksi masyarakat yang masih mengandung unsur – unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami (Rais, 1999 : 25).
            Lebih jauh dari itu, pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap, berfikir dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Amrullah, 1983: 2).
            Adapun tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi cara berfikir dan bersikap serta bertindak bagi manusia dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam berbagai segi kehidupan. Di dalam dunia dakwah tidak hanya dalam hal menyampaikan akan tetapi juga bagaimana berbicara tentang tujuan atau target sasaran yang akan dicapai dari sebuah proses atau hasil akhir dari aktifitas religius.
            Dakwah juga meliputi semua aspek kehidupan manusia baik moral, sosial budaya, hukum maupun politik. Dimana dakwah ini merupakan suatu usaha untuk menciptakan suatu suasana yang lebih baik sesuai dengan ajaran – ajaran Islam di segala bidang kehidupan.
            Secara teori umat Islam percaya bahwa ajaran – ajaran Islam itu meliputi seluruh dimensi kemanusiaan, dengan kata lain apa yang disebut masalah sekuler, dimana kekuasaan (politik) menyatu dengan wawasan moral sebagai pancaran dari iman seorang muslim. Dengan demikian politik tidak dapat dipisahkan dari ajaran etik yang bersumber dari wahyu.

G.      Relevansi dalam perspektif dakwah tentang amar ma’ruf nahi munkar dengan dakwah saat ini
            Dalam Al-Qur’an, istilah amal ma’ruf nahi munkar secara berulang dinyatakan sebagai istilah yang utuh, artinya tidak dipisahkan antara amar ma’ruf dan nahi munkar. Istilah itu bahkan berulang kali sampai sembilan kali pun diulang hanya dalam lima surat.
            Kata ma’ruf  itu sendiri, secara harfiah dapat diartikan sebagai yang dikenal, dimengerti dan dipahami serta dapat diterima oleh masyarakat. Perbuatan yang ma’ruf  itu jika dikerjakan dapat diterima dan dapat dipahami oleh manusia, dan dipuji karena begitulah suatu hal yang patut yang dapat dikerjakan oleh manusia yang mengfungsikan akalnya sebagai khas kediriannya.
            Kebalikan dari kata ma’ruf  adalah munkar, yakni yang benci, tidak disukai, tidak disenangi, dan ini juga bisa ditolak oleh masyarakat karena hal ini tidak layak atau tidak patut, tidak pantas, dan tidak selayaknya dikerjakan oleh manusia yang berakal.
            Dengan demikian, perkataan ma’ruf  berkaitan dengan perkataan al – ‘urf  yang berarti adat, dalam hal ini adat yang baik. Dalam pengertiannya sebagai adat yang baik itulah (al-‘urf) diakui eksistensi dan fungsinya dalam Islam, sehingga dalam teori ushul al-fiqh disebutkan bahwa adat dapat dijadikan hukum. Oleh karena itu, al-ma’ruf dalam pengertian inimerupakan lawan dari al-munkar. Sebab al-munkar  berarti apa saja yang diingkari, yakni diingkari oleh fitrahnya atau di tolak oleh hati nuraninya.
            Di sinilah terletak kaitan amar ma’ruf nahi mungkar dan dakwah sebab salah satu tugas dakwah adalah membentuk pendapat umum (public opinion)  tentang sesuatu yang baik ataupun sesuatu hal yang buruk. Disinilah terdapatnya relevansi dalam konsep amar ma’ruf nahi munkar karena dakwah saat ini menghadapi tantangan yang besar dan semakin rumit.
            Persoalan demi persoalan terus berkembang, seiring dengan itu bertaburan sejumlah kemaksiatan. Namun memberantas kemaksiatantidak semudah itu, resiko dan akibat pasti akan dirasakan oleh para pedakwah. Tidak terlihat sedikitnya para pedakwah maupun da’I yang berusaha menyuruh untuk ma’ruf  dan mencegah dari hal – hal yang munkar, tapi sejalan dengan itu pula semakin banyak pula kemungkaran yang berkembang. Kontradiksi seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk dipahami, mengingat tidak sedikit orang yang merespon negatif ketika diseru untuk amal ma’ruf nahi munkar”.









KESIMPULAN

Pemerintah yang bersih akan jauh dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme antara Penguasa dengan segelintir Pengusaha. Untuk itu rakyat membutuh pemimpin yang peka dan membatasi bisnis keluarga/kerabat/kroninya agar tidak melampaui kepatutan.
Konsep-konsep kepemimpinan yang diajarkan agama-agama bersifat universal, dalam arti memiliki kesamaan spirit satu sama lain. Perbedaannya mungkin terletak pada penekanan, bukan menafikan yang lain.
Para pemimpin, mereka semua memperoleh mandat atau legitimasi yang besar dari rakyatnya. Tantangan yang dihadapi setiap pemimpin berbeda karena zamannya memang berbeda. Katena itu tidak pada tempatnya untuk membandingkan satu dengan yang lain secara head to head. Tugas pemimpin ialah melaksanakan mandat rakyatnya karena suara rakyat yang dipercayakan kepadanya adalah suara Tuhan (vox populi vox dei). Dan tugas rakyat ialah taat dan loyal kepada pemimpinnya.
Persoalan politik dengan segala dinamikanya, tentunya senantiasa berlanjut seiring dan inhairen dalam perjalanan sejarah politik ummat Islam. Dalam Islam integrasi politik ke dalam agama terlihat jelas dalam ekspresi keagamaan dan politik pada masa Nabi Muhammad.
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan kepada umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dengan cara dakwah hal ini dapat dilakukan untuk disampaikan kepada seluruh umat Islam. Dalam menyampaikan dakwah akan selalu terkait dengan amal ma’ruf nahi munkar, seorang da’i pun dalam menyampaikan dakwah akan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits itu terkandung pedoman dan tuntunan tentang bagaimana cara - cara  dan teknik untuk berdakwah.
Amar ma’ruf nahi munkar, digunakan syariat Islam untuk pengertian memerintahkan ataupun mengajak diri serta orang lain untuk melakukan hal-hal yang benar-benar dipandang baik oleh agama, juga untuk melarang dan mencegah serta menghindari diri dan orang lain dari hal-hal yang telah dilarang atau di pandang buruk oleh agama.



DAFTAR PUSTAKA

Amrullah Ahmad. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Primadura
Budiyono, Zaenal A., 2008. Demokrasi Bukan Basa Basi, Langkah SBY Mengawal Demokrasi dan Mengembalikan Indonesia ke Orbit Dunia, Jakarta, DCSC Publishing
Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press
Ginting, Jamin. 2010. Selected Reading on Corruption in Indonesia: the decisions of Indonesia suprema court, Volume 1, MTI
Hafidudin didin. 2000. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani
Hasbi ash-Shiddieqy. 2001. Al-Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rais Amin. 1999. Cakrawala Islami antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan
Santos, Arysio. 2009.  Atlantis:the Lost Continent Finally Found, Indonesia Ternyata Tempat Lahir Peradaban Dunia, terjemahan, Jakarta: Ufuk Press
Syukir Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Shihab M Quraish. 2001. Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Tamiyyah Ibnu. 1990. Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar. Jakarta: Gema Insani